Welcome

All aBout M3

Foto saya
hidup untuk cinta, apa iya harus aku percaya pujangga maya?

Senin, Desember 15

LOGIKA DUNIA MAYA

Wah aku kembali ke tema ngeblog nih setelah sekian lama tidak membicarakannya. Membaca blognya Kak Tina aku tergoda untuk kembali menganalisa fenomena “bohong” dalam dunia maya. Mungkin sebagian dari kita pernah tertipu di dunia maya. Prosesnya biasanya terjadi ketika kita terlalu mudah percaya kepada orang. Kita percaya lalu “menyerahkan” sebagian dunia privat kita dan akhirnya kita terjebak di dalamnya. Tidak salah memang untuk mempercayai orang lain tapi terlalu naif juga jika kita secara serampangan mempercayai orang apalagi kita belum pernah ketemu. Post terdahulu saya “yang maya harus menjadi nyata” sangat relevan menjelaskan fenomena tersebut. Fenomena penipuan di dunia maya bukan hal baru lagi. Seperti pernah saya ulas di post sebelumnya dunia maya bisa dipandang sebagai bentuk alternatif baru dalam hubungan intersubyektif manusia. Hubungan ini tidak menuntut banyak presensi dari subyek-subyek yang terlibat. Teknologi ikut membantu kita meluaskan jangkauan kita dalam menyapa orang. Dunia maya bisa dipandang juga sebagai upaya instant orang jaman sekarang untuk menikmati “bentuk-bentuk keterkejutan yang nikmat” dalam berelasi. Letak kenikmatan hubungan maya justru pada ketidakpastiannya dan fleksibilitasnya. Bagi sebagian orang kehadiran tidak begitu penting. Bagi sebagian orang kehadiran bisa menggelisahkan karena menuntut tanggung jawab. Istilah sosialisasi harus direkonstruksi ulang, tidak lagi menuntut kehadiran individu-individu tangible lagi, tapi lebih pada jaring-jaring relasi yang tercipta karena interest yang sama.

Kembali ke bahasan semula mengapa orang menipu di dunia maya? Misalnya menipu dengan menciptakan karakter rekaan yang seolah sempurna dan memenuhi kriteria sang mitra maya. Pendapat saya adalah ada yang salah dengan personality orang tersebut yaitu fenomena low self-esteem. Dunia maya menjadi tempat paling aman bagi mereka yang memiliki low esteem. Mengapa? People with low-esteem biasanya tidak membuat pembedaan yang jelas antara “who I am” and “what I do”. Aku adalah apa yang aku lakukan. People with low-esteem bisanya tidak merasa nyaman dengan apa yang ada dalam diri mereka. Untuk bisa diterima oleh orang lain akhirnya mereka membuat karakter rekaan yang seolah sempurna, sesuai dengan gambaran yang mereka idamkan. Celakanya karakter rekaan itu diklaim sebagai “sang aku”. Karakter rekaan itu merupakan “karakter impian” – I should have been like this one! Karakter rekaan itu akhirnya membuat orang-orang dengan low esteem menjadi nyaman. Tapi kenyamanan itu sebenarnya “semu” karena mereka tidak pernah menjadi diri mereka sendiri. Sebenarnya mereka sedang berbohong bukan saja kepada orang lain tetapi juga kepada dirinya sendiri.

Nah….hati-hati dengan teman maya yang terlalu banyak cerita tentang dirinya, terutama yang menyangkut how perfect I am….he…he….

Masih akan berlanjut…….

Tidak ada komentar: